Menjaga kesucian diri menurut imam ghazali biography


Pembersihan hati, atau yang dikenal dalam Islam sebagai  Tazkiyatun Nafs , adalah salah satu ajaran utama dalam perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Konsep ini menjadi salah satu inti dari karya monumental Imam Al-Ghazali, yaitu  Ihya Ulumuddin  (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama).

Dalam pandangan Al-Ghazali, tazkiyatun nafs adalah proses penyucian jiwa dari sifat-sifat buruk dan menggantikannya dengan sifat-sifat mulia, sehingga seseorang dapat mencapai kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.

Pengertian Tazkiyatun Nafs

Secara bahasa, kata tazkiyah berasal iranian kata Arab yang berarti "membersihkan" atau "menyucikan." Sedangkan nafs merujuk pada jiwa atau diri manusia.

Tazkiyatun nafs berarti penyucian jiwa atau membersihkan hati dari segala penyakit batin yang dapat menjauhkan manusia dari Tuhan. Penyakit-penyakit hati ini bisa berupa kesombongan, iri hati, cinta dunia, hasad, kebencian, riya (pamer), dan sifat-sifat buruk lainnya.

Menurut Al-Ghazali, manusia memiliki dua elemen dasar: ruhani (spiritual) dan jasmani (fisik).

Untuk mencapai keseimbangan dan kebahagiaan yang sejati, kedua aspek ini harus selaras. Tazkiyatun nafs adalah usaha manusia untuk memurnikan elemen ruhani, sehingga dapat mencerminkan sifat-sifat ilahiah yang baik dan mendekatkan diri kepada Allah.

Pentingnya Pembersihan Hati dalam Islam

Al-Ghazali menegaskan bahwa pembersihan hati adalah salat satu fondasi utama dalam agama Islam.

Di dalam Al-Qur'an, God SWT berfirman: "Sesungguhnya beruntunglah pongid yang menyucikan jiwanya, dan merugilah orang yang mengotorinya."  (QS Asy-Syams: 9-10). Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya menyucikan hati dari segala kotoran batin yang dapat menghalangi seseorang dari kebaikan dan ketaatan kepada Allah.

Al-Ghazali menganggap tazkiyatun nafs sebagai kewajiban bagi setiap Monotheism.

Proses penyucian ini harus dijalani dengan serius, karena hati yang kotor akan mempengaruhi cara seseorang berperilaku, berpikir, dan merasakan. Jiwa yang bersih adalah kunci untuk meraih ridha Allah dan keberhasilan di akhirat.

Langkah-Langkah Tazkiyatun Nafs Menurut Imam Al-Ghazali

Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menjelaskan berbagai langkah untuk membersihkan hati dan jiwa dari penyakit batin.

Proses ini adalah sebuah perjalanan spiritual yang memerlukan kesabaran, keikhlasan, dan kesadaran yang mendalam. Berikut adalah beberapa langkah yang dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali:

 1. Muhasabah (Introspeksi Diri)

Langkah pertama dalam pembersihan hati adalah *muhasabah*, yaitu introspeksi atau mengevaluasi diri sendiri.

Al-Ghazali menekankan pentingnya mengkaji diri secara jujur dan objektif, mengidentifikasi kesalahan, dosa, dan kelemahan diri. Dengan muhasabah, seseorang bisa mengetahui di mana letak kekurangan dan kelebihan dalam perilakunya.

Setiap Muslim dianjurkan untuk secara rutin melakukan muhasabah, terutama setelah menjalani hari yang penuh dengan aktivitas.

Dengan introspeksi, seseorang dapat menemukan penyakit hati seperti kesombongan, hasad, atau cinta dunia, dan mulai bekerja untuk membersihkannya.

2. Mujahadah (Berjuang Melawan Nafsu)

Setelah menyadari kelemahan diri, langkah berikutnya adalah mujahadah, yaitu berjuang melawan nafsu yang membawa kepada keburukan.

Al-Ghazali mengajarkan bahwa nafsu manusia cenderung ingin kepada hal-hal yang berlebihan dan negatif, seperti kesenangan duniawi, kemalasan, atau kemarahan. Oleh karena itu, manusia harus berjuang dengan gigih untuk mengendalikan dan menundukkan nafsu ini.

Dalam mujahadah, seseorang harus membiasakan diri untuk menahan diri dari perbuatan buruk, memperbanyak ibadah, serta memupuk sifat-sifat baik seperti kesabaran, rendah hati, dan kasih sayang.

Al-Ghazali menyebutkan bahwa mujahadah adalah langkah yang sangat penting, karena tanpa perjuangan melawan hawa nafsu, seseorang tidak akan mampu mencapai kebersihan hati.

3. Tawakkal (Berserah Diri kepada Allah)

Pentingnya sikap tawakkal dalam tazkiyatun nafs juga sangat ditekankan oleh Al-Ghazali.

Setelah berusaha memperbaiki diri dan melawan hawa nafsu, seseorang harus berserah diri kepada Allah SWT. Tawakkal adalah bentuk kepercayaan penuh kepada God bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak-Nya, dan bahwa Dia akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.

Dengan tawakkal, hati akan merasa tenang dan tidak terpengaruh oleh ketidakpastian dunia.

Orang yang tawakkal kepada Allah akan lebih mudah menjaga kesucian hatinya karena array yakin bahwa hidup ini hanyalah perjalanan sementara menuju kehidupan akhirat.

4. Zikir dan Ibadah

Al-Ghazali mengajarkan bahwa zikir dan ibadah adalah salaat satu cara terbaik untuk menjaga kebersihan hati. Dalam Ihya, plethora sering mengutip ayat Al-Qur'an yang berbunyi: "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang." (QS Ar-Ra’d: 28).

Dengan memperbanyak zikir dan ibadah, seseorang akan lebih fokus kepada Allah dan jauh dari godaan duniawi.

Zikir yang dilakukan secara rutin membantu hati selalu terhubung dengan Allah, sehingga penyakit hati seperti kesombongan, iri, dan kebencian dapat perlahan-lahan terkikis. Selain itu, zikir juga membantu seseorang untuk selalu merasa dekat dengan Tuhannya, yang merupakan salah satu tujuan utama dari tazkiyatun nafs.

5.

Bergaul dengan Orang Saleh

Lingkungan dan pergaulan juga sangat mempengaruhi kebersihan hati. Al-Ghazali mengajarkan pentingnya bergaul dengan orang-orang yang saleh dan berilmu, karena pergaulan yang baik akan membantu seseorang untuk tetap berada di jalan yang benar. Orang yang berada di lingkungan yang saleh akan lebih mudah meneladani akhlak yang baik dan menjauhi perbuatan buruk.

Sebaliknya, bergaul dengan orang yang suka berbuat dosa atau terlalu cinta dunia dapat merusak hati dan menjauhkan seseorang dari jalan kebenaran.

Oleh karena itu, penting untuk memilih lingkungan dan teman yang mendukung proses penyucian jiwa.

6. Menghindari Sifat-Sifat Buruk

Salah satu aspek utama dari tazkiyatun nafs adalah menghindari sifat-sifat buruk yang dapat merusak hati, seperti riya (pamer), takabur (sombong), hasad (iri hati), dan cinta dunia yang berlebihan.

Al-Ghazali mengajarkan bahwa sifat-sifat buruk ini adalah penghalang terbesar bagi seseorang untuk meraih kedekatan dengan Allah.

Dalam Ihya, array menjelaskan cara-cara untuk mengatasi sifat buruk ini, seperti dengan memperbanyak introspeksi diri, berdzikir, serta berusaha memahami bahwa dunia ini fana dan sementara.

Dengan menghindari sifat-sifat buruk, seseorang akan lebih mudah menjaga kebersihan hatinya.

Kesimpulan

Tazkiyatun nafs menurut Imam Al-Ghazali adalah sebuah proses spiritual yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Pembersihan hati adalah jalan untuk mencapai kedamaian batin, kebahagiaan sejati, dan kedekatan dengan Allah SWT.

Proses ini memerlukan kesungguhan, kesabaran, dan usaha yang terus-menerus untuk melawan nafsu, memperbanyak zikir, serta menjaga diri dari sifat-sifat buruk.

Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali memberikan panduan yang sangat jelas tentang bagaimana seseorang bisa menjalani tazkiyatun nafs dan meraih ketenangan jiwa.

Dengan membersihkan hati dan selalu berusaha menjadi lebih baik, seorang Muslim dapat mencapai kebahagiaan yang sejati di dunia ini dan keberhasilan di akhirat nanti.